Cerfet #MFF: Kenangan

Bagian Awal

images

Hujan, tolong katakan padaku, apa yang harus kulakukan?

Alya menutup buku harian Ibunya. Dia mendesah.. Kata-kata yg tertulis di situ begitu puitis, begitu indah, begitu membuatnya terkesan, begitu sedih. Diari bersampul cokelat itu dia temukan tidak sengaja saat menaruh buku kuliahnya di gudang, Tidak sengaja dia menarik sebuah kardus cokelat besar di lemari paling atas dan semua isinya berhamburan termasuk buku harian cokelat itu. Diari itu begitu tua, debu menghitamkan warna cokelatnya, kertasnya mulai kekuningan. Di Lembar pertama dia menemukan nama Ibunya dengan tanggal 21 September 1988.. 23 tahun lalu, saat Ibunya berumur 22 tahun.

Ratih Kirana, Ibunya adalah perempuan dingin dan tak pernah sekali pun selama 23 tahun Alya jadi anakknya, perempuan itu menunjukkan perasaan. Saat Alya wisuda bulan lalu sebagai lulusan terbaik pun perempuan itu hanya tersenyum singkat padahal dia membesarkan Alya sendirian tanpa suami yg meninggal dunia saat Alya berusia 2 tahun. Sejak kecil Alya memang tidak pernah mengenal sosok Ayahnya. Dia hanya melihat foto-foto yg tertempel di dinding. Sejak saat itu pun ibunya tak pernah menalin hubungan dengan pria lain, dia berubah menjadi wanita karir yg sibuk dan dingin.

Namun meskipun demikian Ratih adalah perempuan penuh kasih sayang. Alya ingat saat dia sedang sibuk Skripsi, Ibunya membuatkan dia makanan bernutrisi. Pekerjaan Ratih sebagai pengacara mungkin salah satu alasan dia begitu tegas. Membaca kata puitis begini membuatnya terperangah sekaligus kagum. Dulu saat muda Ibunya adalah perempuan periang. Lalu siapakah yg membuatnya berubah?
Alya membaca lagi diari itu,

Sisi hatiku yang lain berbisik, ingin berbalik arah, berlari kembali padanya, menekuk lututku di hadapannya, memohon, menghiba, meminta maaf dan mengatakan bahwa aku berjanji akan melakukan semua yang dia pinta agar dapat bersamanya lagi.

Dia tertegun membaca kalimat itu. Apakah kesalahan Ibu? Pikirnya.

“Alya, buku apa yang kau pegang itu?” Sebuah suara tahu-tahu terdengar. Ratih sudah berdiri di pintu gudang. Alya tak punya waktu menyembunyikan diari di tangannya. Ratih memanndang diari itu dan terkejut. Dia masuk ke gudang dan meraih diari itu.

“Ini? Aku pikir sudah ilang,” ada nada sedih di suaranya. Alya menarik napas..

“Bu, Ini milik siapa?” Rati tertegun mendengar pertanyaan putrinya. Dia terdiam menngingat kembali keadian 23 tahun lalu, saat dia meminta putus pada Dio karena kedua orang tuanya menjodohkan dengan Abdi.

“Ga bisakah kamu bilang tidak pada kedua orang tuamu, Tih? Aku memang dari keluarga miskin tapi aku punya cinta untukmu.” Kata2 Dio terdengar lagi.

“Bu…,” suara Alya mengembalikan Ratih ke saat sekarang. Perempuan itu tersenyum kecil memandang mata Alya. Mata cokelat yg sama persis dengan mata Dio.

“Siapa laki-laki ini, Bu?” Tanya Alya lagi. Ratih mendesah. Dia teringat kembali kenangan 23 tahun lalu, saat pertama kali bertemu Dio.

“Baiklah, aku akan menceritakan kisah ini padamu.” Ujar Ratih. Dia mendesah sebelum melanjutkan..

-Bersambung.

Saya serahkan kelanjutan cerita ini pada Bang Riga Deadline: Hari Jumat, tanggal 20 Sept 2013

6 thoughts on “Cerfet #MFF: Kenangan

  1. Pingback: Cerfet #MFF : Gerimis Kala Senja | AttarAndHisMind

  2. Aku baca lagi Jen.

    Ada yang agak bergeser.

    “Dia terdiam menngingat kembali keadian 23 tahun lalu, saat dia meminta putus pada Dio karena kedua orang tuanya menjodohkan dengan Abdi.”

    Di tulisanku sebelumnya, dia yang diputusin sama Dio 🙂

  3. Pingback: Cerfet #MFF : Labirin Rasa | AttarAndHisMind

  4. Pingback: (Cerfet #MFF1) : Gejolak Masing-Masing Hati | Miss Rochma. Notes. Fiction

Leave a comment