25 Januari

25 Januari pacar saya berulang tahun.

“Malam ulang tahunku nanti aku ingin melihat komet Halley. Mereka akan muncul di langit tepat pukul duabelas malam tanggal 25 Januari. Kau harus menemaniku!” ujarnya sehari sebelum dia berulang tahun. Kami sedang makan pagi. Pacar saya membuat salad sayur-sayuran dari kebun di depan rumah kami.

“Untuk apa kau melihat komet Halley?” Pacar saya merengut mendengar perkataan saya itu.

“Kau tahu aku mencintai komet-komet itu dan menanti begitu lama untuk melihat mereka. Lagipula aku tak pernah protes ketika kau terus-terusan mendengarkan lagu busukmu setiap hari.” Yang dia masuk lagu-lagu klasik Bethoven dan Choplin. Pacar saya tak suka lagu-lagu yang diciptakan orang mati. Lagu busuk seperti penciptanya yang telah lama membusuk di liang lahat. Dia benci pada semua hal yang diciptakan mereka yang telah mati dan menyebut itu semua busuk. Lucu karena penemu komet Halley sudah lama mati.

“Hey, aku kenal baik Bethoven dan Choplin mereka musis hebat. Musik-musik mereka bisa membantu kau terus awet muda.”

“Persetan dengan awet muda! Persetan dengan Bethoven dan Choplin! Aku ingin kau menemaniku melihat komet Halley nanti malam saat aku berulang tahun. Anggap itu hadiah ulang tahun darimu. Aku sungguh ingin melihat komet itu lagi dan kini mereka datang saat aku berulang tahun.” Saya menarik napas panjang dan dalam. Tujuhpuluh lima tahun lalu, saya juga menemani pacar saya melihat komet dan saya tertidur karena bosannya. Apa asiknya melihat benda raksasa melintasi bumi?

“Kalau kau tak menemaniku melihat komet lagi malam ini maka kau akan makan salad setiap hari seumur hidupmu. Takkan ada lagi darah bayi untukmu selamanya.”

“Ditulis dalam rangka ulang tahun Monday FlashFiction yang pertama”

13 thoughts on “25 Januari

Leave a comment