Prompt 54 – Kertas di dalam peti

“Kurasa sebaiknya kau tidak perlu tahu tentang dia. Percayalah, kurasa betul-betul jangan.” Malia menyelesaikan perkataannya dengan suara bergetar.

Aira putrinya mendesah kecewa, “tapi, Bu. Hanya aku yang tak punya Ayah di sekol….”
Malia memukul meja dengan tangannya.

“Diam, Aira! Diam! Sudah ibu bilang jangan sebut tentang ayah lagi. Kau tak perlu tahu tentang dia!” Malia mendelik ke arah putrinya. Urat kebiruan muncul di leher dan pelipisnya. Aira menunduk dan menatap jari kakinya.
Mengapa Ibu tak ingin aku membicarakan tentang Ayah? Apakah salah jika aku ingin mengetahui tentang ayahku setelah 13 tahun tidak mengenalnya? Pikiran itu terus bergema di hatinya.

“Jangan pernah bertanya tentang ayahmu lagi padaku.” Suara Malia terdengar lagi. Aira mengangkat kepala dan memandang Ibunya. Raut wajah Ibunya kini lebih lunak.

“Maaf, Bu. Aku janji tidak akan bertanya tentang dia lagi.” Aira mencoba tersenyum. Ibunya ikut tersenyum.

“Sekarang, masuk ke kamarmu!” Aira mengangguk dan melangkah lunglai ke dalam kamar. Malia memandang kepergian putrinya dengan gamang. Dia tidak menyangka akan pertanyaan tentang Ayah dari Aira memberi efek mengerikan begini. Dia memandang telapak tangannya yg sakit memukul meja.
Semoga ini terakhir kalinya Aira bertanya tentang Ayahnya, pikirnya penuh harap.
Dia mendesah dan berjalan pelan ke kamarnya. Dia membuka lemari di kamarnya dan mengambil peti hitam kecil di laci lemari paling bawah. Dia membuka laci itu dan mengambil sebuah kertas.

“Ah, Aira, bagaimana mungkin aku memberitahu siapa Ayahmu sebenarnya?” Bisiknya lirih pada diri sendiri sambil memandang kertas itu. Kertas bukti operasi kelaminnya menjadi perempuan.
End
#30harimenulisFF #FF7

16 thoughts on “Prompt 54 – Kertas di dalam peti

Leave a reply to ajenn08 Cancel reply